Berizikh

  Matahari belum menampakan sinarnya, namun bu ita sudah terbangun untuk mandi dan shalat subuh. Setelah shalat subuh bu ita menyapkan sarapan pagi untuk keluarganya. Tak lupa juga bu ita membangunkan anaknya Reni. Kebetulan kamar Reni berada di lantai dua. Bu ita berjalan ke depan pintu kamar Reni dan membuka pintu kamar. Ketika pintu terbuka, bu reni melihat kamar yang sangat berantakan. Bantal-bantal berbentuk buah berry bertebaran diatas lantai. Reni adalah anak semata wayang bu Ita yang duduk dibangku SMA. “Aduhh... kamu ini bagaimana sih Ren, jadi perempuan kok gak rapih banget. Ayo cepat bangun, udah subuh tuh. Nanti kesiangan loh...” suruh bu ita pada anaknya Reni. “Ahh... ibu masih malam, bentar lagi.” Jawab Reni dengan malasnya. “Ayo dong nak, kamu harus terbiasa bangun subuh, supaya nanti kalau kamu sudah menikah kamu bisa menyiapkan sarapan untuk suami kamu.” Jawab bu ita dengan sabarnya. “Iya deh ibu ku sayang, aku bangun. Makasih ya bu udah bangunin aku.

  Suatu hari ada seorang pemuda yang sering di panggil dengan panggilan JOLUN, dia adalah seorang pria yang sangat biasa-biasa saja yang bersekolah di sebuah SMA. Alasan orang-orang memanggilnya JOLUN karena dia adalah seorang Jomlo atau JOLUN singkatan dari Jomlo culun. Bukan tanpa alasan orang-orang memanggil dia dengan sebutan JOLUN ( Jomlo Culun ), karena tidak ada satu pun perempuan yang tertarik dengan nya, bagaimana tidak tertarik, gaya pakaiannya sangat kurang menarik untuk di pandang oleh para wanita. Semua permasalahan itu membuat JOLUN tidak percaya diri, tidak jarang juga dia mencari cara agar para wanita dapat tertarik padanya namun semua usahanya selalu gagal. Suatu hari, JOLUN dan teman-teman sekolahnya berlibur ke sebuah tempat wisata. Sebelum berangkat JOLUN mempersiapkan semua keperluan yang harus di bawa olehnya. Setelah semua selesai dia langsung bergegas keluar dari rumahnya menuju bus yang telah menunggu di depan rumahnya. Ketika dia membuka pintu bus d

Kriiinngggggggg..............!!!!!!!!!!!!!! suara bell alaram berbunyi sangat keras, pertanda jam sudah menunjukan pukul 04.30 subuh, membangunkanku yang tengah tertidur pulas. Aku langsung membuka mataku dan pergi ke kamar mandi. Ku tekan tombol yang mengalirkan listrik ke mesin air dan air pun mulai mengalir dari pipa ke bak yang kosong, aku mulai membasuh semua badanku dengan air. Setelah selesai mandi, aku mengambil air wudhu agar aku dapat melaksanakan ibadah shalat subuh. Aku mulai ke kamar ku dan mengganti pakaian dengan sarung dan baju koko ku, tak lupa juga aku memakai peci di kepalaku. Setelah itu aku bergegas membuka pintu dan keluar, berjalan menuju mesjid. Terlihat lampu-lampu yang masih menyala menandakan matahari masih belum menampakan sinarnya. Saat itu aku teringat ketika aku masih kecil, tak banyak orang yang menggunakan listrik, dulu jalanan tak seterang ini. Aku harus membawa senter untuk menerangi jalan yang sangat gelap. Setelah