HARAPANKU UNTUK PLN
Kriiinngggggggg..............!!!!!!!!!!!!!!
suara bell alaram berbunyi sangat
keras, pertanda jam sudah menunjukan pukul 04.30 subuh,
membangunkanku yang tengah tertidur pulas. Aku langsung membuka
mataku dan pergi ke kamar mandi. Ku tekan tombol yang mengalirkan
listrik ke mesin air dan air pun mulai mengalir dari pipa ke bak yang
kosong, aku mulai membasuh semua badanku dengan air. Setelah selesai
mandi, aku mengambil air wudhu agar aku dapat melaksanakan ibadah
shalat subuh.
Aku mulai ke kamar ku dan mengganti
pakaian dengan sarung dan baju koko ku, tak lupa juga aku memakai
peci di kepalaku. Setelah itu aku bergegas membuka pintu dan keluar,
berjalan menuju mesjid. Terlihat lampu-lampu yang masih menyala
menandakan matahari masih belum menampakan sinarnya. Saat itu aku
teringat ketika aku masih kecil, tak banyak orang yang menggunakan
listrik, dulu jalanan tak seterang ini. Aku harus membawa senter
untuk menerangi jalan yang sangat gelap.
Setelah selesai shalat subuh, aku
mengganti pakaianku dengan seragam sekolah ku. Sebelum berangkat dan
matahari masih juga belum menampakan cahayanya, aku terlebih dahulu
membantu orang tua ku membereskan rumah. Walaupun hanya sekedar
menyapu seluruh bagian rumah, namun menurut ibu itu sudah sangat
membantu baginya. Setelah membantu ibu, aku pergi ke dapur untuk
sarapan terlebih dahulu. Ku buka rice cooker yang masih dialiri
listrik, ku lihat nasi yang masih padat belum ada yang mengambilnya.
Jelas saja, ibu baru tadi malam memasak nasi di rice cooker agar pagi
nya ibu tidak merasa kewalahan harus menyiapkan sarapan. Waktu itu
aku langsung teringat masa dulu, waktu kami masih memasak nasi
menggunakan kompor minyak. Ibu harus mengangkat nasi ketika nasi
tersebut baru setengah matang dan memindahkannya ke sebuah kain yang
di buat khusus untuk memasak nasi, baru kemudian nasi itu di masak
kembali. Selain itu, ibu juga harus terus mengecek nya agar tidak
gosong. Tapi sekarang semua itu berputar seratus delapan puluh
derajat. Dengan adanya lestrik dan teknologi yang semakin pesta, nasi
pun dapat matang tanpa harus di angkat terlebih dahulu dan tanpa
harus menunggu agar nasi tidak gosong.
Setelah semuanya selesai, aku langsung
mengeluarkan sepedah motorku ke luar rumah untuk aku panaskan
mesinnya terlebih dahulu supaya ketika diperjalanan aku tidak
mengalami kendala. Setelah itu baru aku pakai sepatu ku dan bergegas
berangkat ke sekolah. Sekolah ku terbilang cukup jauh, untuk bisa
sampai disekolah, aku harus menempuh jarak kurang lebih dua belas
kilo meter dari rumahku. Namun apapun itu, aku akan lewati demi
pendidikanku ini.
Setibanya disekolah, aku memarkirkan
motor ku di tempat yang sudah disediakan, dan langsung bergegas
menuju kelas ku. Aku duduk dibangku kelas dua SMA, kelas ku berada di
tengah bangunan-bangunan kelas lainnya, sehingga membuat kelas ku
gelap. Setiap hari, lampu di kelas ku harus dinyalakan walaupun
diluar sinar matahari sudah sangat terik. Selain gelap, di dalam
kelasku juga terasa sangat panas, sehingga di dalam kelas di pasang
satu kipas angin yang diletakan di tengah langit-langit kelas agar
kami tidak merasa kepanasan. Namun menurutku, satu kipas angin saja
tidak cukup. Aku yang kebagian duduk di bangku belakang tidak pernah
sedikit pun merasakan hembusan angin yang di hasilkan oleh putaran
kipas angin tersebut, yang membuat ku sering mengeluh. Sama halnya
denganku, para guru pun merasakan hal tersebut. Karena posisi meja
guru di depan, para guru juga sering mengeluh karna kepanasan.
Bahkan, suatu hari ada guruku yang tidak masuk ke kelasku saat
pelajarannya dimulai. Kemudian satu minggu kemudian guruku itu
meminta maaf pada kami karena dia tidak masuk dan memberikan alasan
kenapa dia tidak masuk kekelas kami. “Di kelas ini sangat panas,
makanya saya tidak masuk waktu minggu kemarin.” alasan guruku pada
kami.
Kelas ku memang tidak lepas dari
listrik. Setiap hari litrik selalu kami gunakan agar kami dapat
belajar dengan tenang.
Suatu hari, ketika kami belajar
tiba-tiba listrik padam. Dengan seketika suasana kelas menjadi gelap,
dan rasa panas pun mulai dirasakan oleh semua murid yang ada didalam
kelas ku. Saat itu kami merasa terganggu, semua murid mengeluh karna
gelap dan kepanasan. Daerah ku memang sudah sering terjadi pemadaman
listrik secara tiba-tiba. Bahkan dulu pernah terjadi pemadaman
listrik selama satu minggu tanpa ada kabar dari pihak PLN
setempat. Hal tersebut membuat masyarakat geram dan melakukan
tindakan yang menurut ke sangat konyol. Mereka menuntut listrik
dinyalakan kembali dengan merusak loket pembayaran tarif listrik. Dan
ku juga merasa tindakan PLN juga
konyol, setelah loket tersebut dirusak, baru mereka memberikan
penjelasan pada masyarakat bahwa ada kerusakan dapur listrik pusat.
Dalam hati ku berdoa “Semoga keadaan ini bisa segera teratasi”.
Selain itu, aku juga sering mengalami
kesulitan ketika listik padam. Ketika selepas pulang sekolah, aku
merasa sangat gerah. Jelas saja seharian aku harus belajar di dalam
kelas yang gelap dang sangat panas. Aku merasa ingin mandi, kemudian
aku langsung pergi ke kamar mandi dan aku lihat ternyata bak yang
seharusnya terisi air malah kosong. Aku tekan tombol listrik agar air
mengalir ke bak, namun ternyata listrik padam. Saat itu aku merasa
sangat kesal, dalam hati aku berkata “Kenapa ketika listrik sangat
dibutuhkan, selalu saja padam?”, terpaksa aku harus menunggu
listrik nyala kembali sambil membuka internet di netbook kesayangan
ku untuk sekedar meng-update Blog
yang tidak lama ini aku buat sembari dengan mengipas-ngipaskan sebuah
buku ke seluruh badanku.
Dulu juga pernah terjadi, waktu itu aku
masih duduk di kelas lima SD. Listrik di desaku padam selama dua
minggu karena tiang listrik roboh ketika air sungai meluap saat
terjadi hujan. Yang membuat ku dan warga lain kesal, selama kurang
lebih empat hari tidak ada tindakan apa-apa dari PLN
padahal sehari setelah tiang listrik roboh, sudah ada laporan ke
kantor PLN setempat.
Dalam hatiku “Kenapa PLN
tidak bertidak dengan cepat?”. Waktu itu aku tengah sakit, biasanya
jika aku sakit aku sering menonton televisi untuk menghilangkan rasa
jenuh ku. Namun karena listrik padam, aku hanya bisa mendengar kan
siaran radio saja. Selama dua minggu itu, banyak warga yang mengeluh,
terutama para pengusaha seperti kompeksi. Karena listrik padam, semua
pesanan harus ditunda dan pegawai pun tidak bekerja yang membuat
mereka tidak mendapat gaji selama dua minggu.
Sungguh keadaan yang sangat merugikan.
Dalam pikiran ku berkata “Seandainya PLN
bertindak cepat, pasti tidak akan ada banyak pihak yang merasa
dirugikan”.
Hingga saat ini pemadaman listrik
secara tiba-tiba sering terjadi di daerahku. Harapanku untuk PLN
hanyalah.
“Semoga
PLN dapat menjadi lebih baik lagi
dan dapat meningkatkan pelayanan mereka pada masyarakat, agar
masyarakat dapat menjalani kegiatan mereka dengan baik dan tenang.
Juga agar tidak ada konflik yang terjadi akibat permasalahan yang
timbul dalam masalah listrik.”
cool!!!
ReplyDelete