CERPEN : LEUKEMIA
LEUKEMIA
“Kenapa
sih setiap kali aku ajak jalan, kamu pasti gak mau? Alasannya lagi sibuk lah,
bilang ini, bilang itu. Padahal aku cuma punya waktu dihari-hari libur.” Tanya Doni
marah.
“Maaf
sayang, aku emang sibuk soalnya aku harus nganterin mamah aku ke rumah nenek.”
Jawab Dinda meyakinkan.
“Terus
kenapa kamu gak bales SMS aku, telepon juga gak diangkat?” Tanya Doni lagi.
“Aku
lagi nyetir sayang.” Jawab Dinda.
“Ahh...
sudahlah!” Tegas Doni meninggalkan Dinda.
Dinda hanya menangis
ketika Doni meninggalkannya. Dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Dinda
sangat tahu sifat Doni yang keras kepala. Jika Doni sudah marah seperti itu,
alasan dan penjelasan apapun akan sangat sulit untuk Doni terima. Mereka memang
sudah dua tahun berpacaran, hingga mereka sudah tahu sifat satu sama lainnya.
Dinda pun pulang sambil
mengguatkan dirinya sendiri untuk tidak
menangis lagi dan memikirkan bagaimana cara dia untuk meminta maaf pada
Doni.
Sementara itu, Doni senang atas reaksi Dinda ketika dia
marah. Bukan karena dia tega, tapi dia memang merencanakan sesuatu untuk
membuat Dinda sedih dan akhirnya bahagia karena Doni.
“Maaf Din, bukan maksud
aku marah sama kamu. Nanti kamu juga tahu maksud aku.” Kata Doni dalam hati.
Bulan Maret, memang
bulan yang penting bagi Dinda dan Doni sangat tahu itu. Setelah meninggalkan
Dinda, Doni mulai menyiapkan segala sesuatu yang akan dia berikan pada Dinda
untuk membuat Dinda bahagia. Hingga saat SMS atau telepon Dinda masuk, Doni
menghiraukannya karena memang ini adalah bagian dari rencananya.
Keesokan harinya, Dinda menemui Doni ditempat kerja Doni.
Tapi saat dia tiba disana, Doni tidak datang menemuinya. Dinda coba bertanya
pada teman kerja Doni tapi temannya berkata tidak tahu. Sebenarnya Dinda tahu
bahwa Doni memang ada ditempat kerjanya, namun entah kenapa Doni tidak ingin
menemui Dinda.
“Doni... kenapa kamu
gak ada kabar? Padahal ada sesuatu yang harus aku kasih tahu sama kamu.” Keluh
Dinda dalam hati.
Karena Doni tak kunjung
datang menemuinya, Dinda pulang. Diperjalanan dia mencoba menghubungi Doni,
tapi tak ada balasan. Dinda semakin bingun, tidak biasanya Doni seperti ini.
Sepulangnya dari kerja,
Doni melanjutkan membuat kejutan untuk Dinda. Sebelum itu dia melihat Handphone
nya, ternyata ada SMS dari Dinda.
“Don, aku tadi ke kantor
kamu. Kenapa kamu gak mau nemuin aku?” begitulah isi SMS Dinda yang dia kirim
ke Doni,
Membaca pesan Dinda
itu, Doni hanya tersenyum dan yakin bahwa rencananya akan berhasil.
“Maaf ya Din, sementara
aku gak akan nemuin kamu sampai saatnya tiba.” Kata Doni dalam hati.
Keesokan harinya Dinda kembali datang ke kantor Doni
untuk menemuinya namun tetap saja Doni tidak menemuinya.
Setiap hari Dinda
datang ke kantor Doni dan ke rumah Doni saat libur untuk menemui Doni, tapi
Doni tetap tidak menemui Dinda. Hingga dua minggu telah berlalu Doni tetap
tidak ingin menemui Doni, padahal Dinda rela mengorbankan semua waktunya untuk
Doni. Entah apa yang akan Dinda sampaikan pada Doni. Sementara itu Doni tetap
melanjutkan rencananya untuk Dinda.
Hingga masuk minggu ke tiga
Doni tidak melihat Dinda menemui dia lagi. Entah apa yang terjadi pada Dinda?
Doni sempat berpikir.
“Kok Dinda gak ke sini
lagi ya? Apa dia udah gak cinta lagi ya sama aku.” Kata Doni dalam hati.
Namun Doni tetap
melanjutkan rencananya untuk memberikan kejutan pada Dinda.
Satu bulan telah berlalu, dan waktu yang ditunggu Doni
pun datang, dia sangat senang. Dia sengaja mengambil cuti untuk memberi kejutan
pada Dinda.
Doni pergi ketempat
yang sudah dia rencanakan dengan membawa hadiah yang sudah dia siapkan untuk
Dinda. Disana dia mengirim pesan ke Dinda.
“Sayang, sekarang ke
taman ya. Aku udah nunggu ditaman.” Itulah isi pesan Doni untuk Dinda.
Setelah menunggu sekian
lama, Dinda tak kunjung datang menemui Doni serta pesan Doni pun tak dibalas
Dinda. Doni mencoba sabar menunggu Dinda.
Hari sudah sore, tapi
Dinda belum datang menemui Doni. Doni merasa Dinda tidak akan menemuinya. Dia
pun pergi ke rumah Dinda. Saat tiba dirumah Dinda, Doni tidak melihat
siapa-siapa. Kemudian seseorang laki-laki tua datang menghampiri Doni. Ternyata
orang itu adalah tetangga Dinda.
“Cari
siapa dek?” Tanya tetangga Dinda.
“Ini
saya cari Dinda, kok rumahnya kosong ya?” Tanya Doni dengan sopan.
“Ohh...
Cari Dinda ya, dia sekarang ada dirumah sakit. Sudah satu minggu dia sakit.”
Jelas tetangga Dinda.
“Dinda
sakit apa pak?” Tanya Doni lagi.
“Saya
kurang tahu dik. Coba adik pergi aja ke rumah sakit.” Jawab tetangga Dinda.
“Oh
gitu ya Pak. Terima kasih Pak.” Jawab Doni sambil menjabat tangan laki-laki tua
itu.
Mendengar kabar tersebut,
Doni langsung menuju rumah sakit untuk menemui Dinda. Saat tiba di rumah sakit,
dia mencari kamar yang ditempati Dinda. Kemudian dia melihat ada beberapa orang
yang menunggu diluar kamar pasien dan salah satunya ada orang tua Dinda disana.
Doni menghampiri Ibu Dinda dan bertanya. Saat Doni menghampiri Ibu Dinda, Ibu
Dinda melihat Doni dan langsung memeluknya sambil menangis.
“Tan, Dinda sakit apa?”
Jawab Doni panik.
Ibu Dinda tidak
menjawab, dia hanya menangis sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian Doni
masuk kedalam ruangan. Ketika dia berada dalam kamar, Doni kaget. Dia melihat
Dinda terbaring lemah ditempat tidur. Dinda terlihat sekarat. Namun ketika
Dinda melihat Doni, dia mencoba tersenyum. Doni menghampiri Dinda.
“Ma maafkan aku Don, A
Aku terlalu s sibuk hi hingga gak sempat ne nemuin kkamu.” Kata Dinda
tersedak-sedak menahan sakit.
“Maafkan aku juga
karena aku udah jahat sama kamu, sebenarnya aku mau membuat kejutan buat kamu
Din. Sekarang adalah hari ulang tahun kamu aku udah siapkan kejutan buat kamu.”
Jawab Doni sambil menangis karna tidak kuat melihat Dinda terbaring lemah
kesakitan.
“Ini hadiah buat kamu
Din. Ini cincin untuk pernikahan kita. Aku mau melamar kamu dan menikah dengan
kamu.” Kata Doni sambil memakaikan cincin ke jari tangan Dinda.
Dinda menangis terharu
melihat Doni memakaikan cincin ke jaritangannya. Tapi apa daya, Dinda merasa
tak ada harapan lagi untuk dia hidup.
“A aku senang kkarna
kkamu udah ngasih kkejuan bbuat aku. Ttapi mmaafkan aaku, akku tahan tanpa
akku. Akku harap kamu jjuga bisa bertahan ttampa akku sellamanya. Sselamat
tinggal Doni, Akku mencintaimu.” Kata Dinda tersedu-sedu.
Itulah kata-kata
terakhir dari Dinda untuk Doni hingga akhirnya Dinda menghembukan nafas
terakhirnya. Doni hanya menangis sambil memeluk Dinda.
Memang satu bulan yang lalu Dinda baru mengetahui bahwa
dia mengidap penyakit Leukemia stadium akhir. Dan sebenarnya Dinda sibuk bukan
karena pekerjaan atau karena keluarga, tapi dia sering memeriksa dirinya ke
Dokter.
Dinda mencoba memberi
tahu Doni namun Doni tidak pernah menemui Dinda saat dia menemui Doni.
LEUKEMIA
Karya
: Riki Muhamad Rizik
XII
IPA 1
Comments
Post a Comment
Harap setelah membaca Postingan beri komentar dengan kritik dan saran yang membangun. supaya blog ini dapat terus berkembang. Jangan lupa untuk share artikel dengan klik tombol Google+, Facebook, Twitter, Dll. Terima kasih :)