Product Backlog pada Scrum Methodology - Agile Methodology Part 5

Setiap kegiatan Scrum selalu diawali dengan pengumpulan Product Backlog. Product Backlog adalah requirements atau tugas-tugas yang harus dikerjakan pada pelaksanaan Scrum. Jika diibaratkan sebagai anatomi tubuh, Product Backlog adalah hati dari Scrum. 
Dalam Product Backlog akan ditentukan daftar fitur apa saja yang harus ada atau dikerjakan untuk membangun sebuah produk atau perangkat lunak.
Secara Scrum, terdapat 3 proses dalam penentuan Product Backlog. Proses tersebut mencakup,
  • Creating and Refining, yaitu proses pembuatan atau penentuan requirements yang harus dikerjakan. Istilah Refining digunakan untuk meng-update Product Backlog setelah proses salah satu Sprint selesai.
  • Estimating, yaitu membuat suatu perkiraan waktu penyelesaian dari tiap Product Backlog. Biasanya pembuatan estimasi waktu menggunakan ukuran story point atau hari, sebagai contoh Product Backlog yang harus dikerjakan pada Sprint pertama harus dikerjakan selama 2 minggu.
  • Prioritizing, yaitu membuat prioritas untuk Product Backlog Item mana saja yang harus dikerjakan terlebih dahulu. 



Perhatikan gambar di atas. Setiap Sprint akan berisikan item dimana setiap item memiliki durasi pengerjaan yang berbeda-beda. Selain itu setiap Sprint juga akan memiliki proses Grooming masing-masing. Dalam membuat sebuah estimasi setiap item dapat diberikan keterangan berupa kode. Sebagai contoh, pada item pertama ditulis "Item A/3" yang berarti item tersebut akan dikerjakan selama tiga hari.

Perlu diketahui bahwa istilah Grooming dalam pelaksanaan Scrum akan sering terdengar. Karena metode Agile prosesnya bersiklus-siklus (banyak Sprint), maka penentuan Product Backlog tidak akan selesai ditahap awal saja, namun akan terus ada pembaharuan setiap siklus atau pengerjaan Sprint sehingga istilah Grooming akan sering terdengar.

Terdapat 5 tipe Product Backlog yang perlu diketahui, yaitu:

Feature, yaitu kumpulan kebutuhan yang diinginkan oleh klien atau customer. Biasanya klien meminta fitur tidak berupa suatu diagram melainkan dalam bentuk cerita yang disebut dengan istilah user story, oleh karena itu terdapat template supaya dapat memahami apa yang dimaksud oleh klien. Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar berikut.

Change, yaitu perubahan yang diminta oleh klien. Sebagai contoh, klien meminta penambahan modul log in yang sebelumnya tidak. Atau klien meminta untuk mengubah sistem pendaftaran yang sebelumnya dilakukan manual oleh pengguna kemudian diubah menjadi pendaftaran hanya bisa dilakukan oleh admin saja.

Defect, yaitu kumpulan masalah yang ditemukan diakhir proses sebuah Sprint. Biasanya defect ini berupa kesalahan-kesalahan fungsi, ketidaksesuaian dari maksud klien, atau galat dari modul itu sendiri, sehingga dibutuhkan perbaikan untuk menyesuaikan atau menghilangkan masalah tersebut.

Technical Improvement, yaitu requirements yang mengacu pada kegiatan secara teknikal. Biasanya berupa pembaharuan perangkat lunak yang digunakan untuk mengerjakan proyek, atau hal lainnya yang dibutuhkan dalam pengerjaan proyek tersebut.

Knowledge Acquisition, yaitu pengumpulan pengetahuan atau requirements yang sesuai dan untuk diterapkan pada produk yang diinginkan oleh klien. Pengetahuan ini bisa berupa penentuan arsitektur, basis data, perangkat lunak, dan hal lain yang dibutuhkan untuk mendukung jalannya sistem dari produk itu sendiri.

Comments

Read other articles

TOSHIBA Pro Theatre L4300, Canggih dan Menghibur (Review TV TOSHIBA Pro Theatre L4300)